Isnin, Mei 25

BERANIKAH KITA BERMIMPI SETINGGI AWAN?



Orang-orang yang bercita-cita besa dan ingin berjaya dalam menggapai impian hidup tidak pernah berhenti berusaha hanya karana kesangsian dan ejekan orang di atas cita-cita besarnya."
Alkisah, di sebuah desa yang ramai penduduknya miskin ada satu sekolah . Hanya sedikit muridnya karena kebanyakan anak-anak di desa itu membantu orang tuanya mencari nafkah. Suatu hari, satu-satunya guru yang ada di sekolah itu sedang mengajar muridnya membuat karangan. Setelah menjelaskan cara-cara mengarang cerita, si guru memberikan pekerjaan rumah. "murid-murid, sebagai kerja di rumah sila buat karangan tentang cita-citaku. Besok, hasil karangan kalian dibaca di depan kelas satu per satu..."
Keesokan harinya, murid-murid seorang demi seorang murid pergi ke depan kelas dan membacakan karangannya masing-masing. Kebanyakan dari mereka bercita-cita menjadi guru, petani, atau pegawai pemerintah, dll. Sang guru selalu mengangguk-angguk kepala tanda setuju. Lalu, tiba giliran seorang murid yang paling muda usianya. Bajunya bertampal-tamoal , tubuhnya kurus kecil, tapi suaranya sangat lantang. "Kalau besar nanti, aku ingin punya rumah besar di atas bukit, dengan pemandangan yang indah, berdampingan dengan pondok-pondok kecil di sekelilingnya untuk tempat beristihehat. Berderet pohon cemara dan pohon-pohon yang rindang di antara rumah-rumah itu.
Ada taman bunga dengan beraneka bunga dan warna. Ada kebun buah dengan buah-buahan lezat yang bisa dipetik oleh penghuni rumah dan penduduk di sekitarnya. Saya ingin jadi orang berjaya dan bahagia bersama dengan keluarga besar dan para tamu yang datang di sana".
Mendengar suara lantang si murid kecil itu, sepontan seisi kelas tertawa bersamaan. "aangan-angan Mat Jenin...!" ejek murid yang lain. Mereka mencemoh cita-cita si murid kecil. Melihat keadaan yang hampir tidak terkawal itu, si guru jadi marah-marah, la menganggap, permasalahan itu adalah disebabkan oleh si murid kecil itu. Si guru menegurnya, "Yang kamu tulis itu bukan cita-cita, tapi itu impian yang tidak mungkin terjadi. Kamu harus tulis semula tentang cita-citamu yang sebenarnya," perintah sang guru.
"Guru, ini adalah cita-citaku yang sebenarnya. Ini bukan hanya mimpi, ini boleh menjadi kenyataan," murid kecil berkeras.
"Heh... kamu hidup di desa yang miskin, keluargamu juga keluarga miskin. Bagaimana kamu akan mewujudkan cita-cita seperti itu? angan-angan Mat Jenin..! Buat karangan yang logik untuk diri kamu!" teriak si guru muiai tidak sabar.
"Aku tidak mahu cita-cita yang lain. Ini cita-citaku tidak ada yang lain...," si murid kecil ngotot.
"Besok kamu harus bawa karangan yang baru. Jika kamu tidak perbaiki karanganmu itu, kamu akan dapat markah yang rendah ," si guru mulai mengancam. Namun keesokan harinya, si murid kecil ke sekolah tanpa membawa karangan baru. Walau diancam dan dipermalukan seperti itu, dia tetap pada cita-citanya semula. Karena sikapnya yang keras kepala dan tidak mau mengikuti perintah guru, akhirnya ia mendapat markah yang rendah di kelas.
Tanpa terasa waktu terus berjalan dengan pantasnya. Tiga puluh tahun kemudian, si guru masih tetap mengajar di sekolah itu. Suatu hari, ia mengajak murid-muridnya belajar sambil bersiar-siar ke sebuah kebun buah di atas bukit yang sangat terkenal. Kebun buah itu berada di desa berdekatan, tidak seberapa jauh dari desa tempat mereka tinggal. Sesampai di kebun buah yang luas dan indah itu, si guru dan murid-muridnya terpegun kagum. Kebun buah itu ternyata dilengkapi dengan sebuah taman bunga yang luas, dikelilingi pepohonan yang rindang nan sejuk. Yang lebih mengagumkan, di dekatnya terdapat sebuah rumah besar bak istana. Tinggi menjulang, megah, dan sangat indah persekitarannya.
"Orang yang membina istana ini pastilah orang yang sangat hebat... Mengapa baru sekarang aku tahu ada tempat seindah ini...," gumam si guru terpegun.
Tiba-tiba terdengar jawapan. "Bukan orang hebat yang membina rumah ini.... hanya seorang murid biasa yang berani bermimpi punya cita-cita yang besar. Pasti, yang lebih hebat adalah guru yang duiu mendidik anak murid biasa itu... Mari masuk ke dalam rumah. Kita nikmati teh dan buah-buahan terbaik dari kebun ini...," uiar si pemilik rumah itu dengan ramah.
Mendengar ucapan itu, tersentak si guru lalu berfikir siapakah yang berdiri di depannya. Dia adalah si murid kecil yang keras kepala yang mendapat markah rendah dalam karangannya waktu itu. Sekarang dia telah menjelma menjadi pengusaha yang sangat berjaya. Matanya berkaca-kaca, merasa bersyukur sekaligus menahan malu karana 30 tahun yang lalu dirinya mempersendakan cita-cita anak itu.
Pembaca yang budiman,
Bila kita mau menyedari dan meneliti dengan cermat, sebenarnya banyak prestasi spektakuler dari abad sebelum masehi sampai abad milenium ini. Semuanya lahir dan dimulai dari sebuah angan-angan, iaitu berani mimpi
Karana impianlah sebuah kabal terbang tercipta.
Kerana impianlah kita boleh menikmati kecanggihan komputer.
Kerana impianlah kita boleh berkomunikasi dengan telepon tanpa kabel.
Kerana impian pula kehidupan kita boleh kita ubah menjadi lebih berkualiti.

Tentu, untuk merealisasikan setiap impian ini, kita memerlukan kekuatan yang luar biasa. Kekuatan itu harus ditumbuhkembangkan dari dalam diri kita sendiri, iaitu berani mencuba, berani berjuang, berani gagal, dan terakhir berani berjaya.
Seringkali terjadi, penghalang kejayaan seseorang bukan disebabkan oleh kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Tetapi lebih kerana tidak adanya cita-cita yang diyakini dengan kuat dan diperjuangkan dengan sikap pantang menyerah!
Bercerita tentang pengalaman saya sendiri, saat saya berani bermimpi menjadi seorang orang kaya yang budiman kerana saya merasa memiliki segala kekayaan daya dapat berbakti kepada masyarakat dan agama saya. Dengan latar belakang keluarga miskin. pendidikan sederhana, kerja sebagai guru, tidak punya pengalaman, tapi bercita-cita jadi seorang usahawan barjaya. Saya suka membaca buku2 berkaitan kejayaan usahawan luar biasa dalam membina empayar perniagaan mereka sebagai motivasi kepada diri saya.
Bukankah itu hal yang tidak wajar menurut latar belakang saya? Banyak nada cemuhan dan kesangsian setiap kali orang mendengar impian saya itu. Sebahagian sahabat tidak percaya dengan kemampuan saya dan menganggap angan-angan saya itu terlalu tinggi. Sebahagian lagi bimbing kaiau keinginan saya itu bakal tidak tercapai. Mereka kasihan melihat saya akan kecewa i. Namun akhirnya, dengan tekad membaja dan perjuangan keras, saya mampu mewujudkan mimpi menjadi saya kepada bunga2 kejayaan yang walaupun masih lagi di peringkat awal tapi semua itu menjadikan impian saya berada di landasan yang betul dan tepat.
Cemuhan atau kesangsian orang lain terhadap cita-cita yang tinggi sebenarnya juga selalu dihadapi oleh orang-orang besar di dunia ini. Tetapi orang-orang besar tidak pernah berhenti hanya kerana ejekan atau kesangsian orang banyak atas impian-impian besarnya. Kerana, bagi orang-orang besar yang bermental kaya, ejekan dan cemuhan adalah vitamin yang baik yang amat mereka perlukan sebagai penguat semangat dan pemacu untuk berusaha lebih keras lagi.
Sebab itu, jika ada orang yang mengejek atau mencemuh mimpi-mimpi kita, jangan pernah berkecil hati. Hanya satu jawabannya, kuatkan tekad dan semangat, lalu
berjuang dengan sekuat tenaga, dan buktikan bahwa kita mampu dan berhak untuk mendapatkan yang terbaik bagi hidup kita.
"Kerana baik atau buruk yang telah kita berikan, itulah kelak yang akan kita dapatkan!"

1 ulasan:

  1. Cerita tentang Paul Allen, Michael Dell dan Bill Gates:

    http://www.syahrulnizam.com/2009/06/cerita-tentang-paul-allen-michael-dell.html

    BalasPadam