Jumaat, Mei 8

JANGAN JADI SEPERTI GELAS





Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya yang sejak akhir2 ni kelihatan
selalu bersedih."Kenapa kau selalu bersedih, nak? Bukankah banyak perkara yang indah didunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.
"Guru, kebelakangan ini hidup saya penuh masalah. Susah bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang
murid muda.Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah ke mari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu." Si murid pun bergerak perlahan seolah2 tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta."Cuba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru. "Setelah itu cuba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini berkerut karena meminum air
masin."Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Masin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih
berkerut.Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis
kemasinan."Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan balingkan ke danau." Si murid mencampakkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa masin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa masin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu fikirnya.

"Sekarang, cuba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang selesa untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa masin yang
tersisa di mulutnya."Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?" "Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah ditentukan oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan."Tapi Nak, rasa `masin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu
jadi sebesar danau."

* kita akan menjadi seperti dalam pemikiran kita..so fikirle yang hebat2 tentang diri kita..semoga diri kita menjadi insan yang benar2 hebat..

Tiada ulasan:

Catat Ulasan